Sabtu, 04 April 2009

nafsu

MEMAHAMI NAFSU MANUSIA
Dec 2, '07 2:27 AMfor everyone
Manusia memiliki tiga nafsu atau dorongan yang selalu berkompetisi dalam dirinya, yaitu nafsu ammarah, lawwamah, dan muthmainnah.
Nafsu ammarah adalah dorongan untuk melakukan pelanggaran, kejahatan dan kemaksiatan. Karena itu tidak ada manusia yang steril dari dosa.
Nafsu Ammarah Meliputi sifat-sifat seperti Banyak makan, banyak tidur, banyak kawin, .yang diistilahkan nafsu kebinatangan manusia, niscaya gerak hidupnya seperti binatang, sifat-sifatnya selalu cenderung berbuat maksiat baik lahir maupun batin, maksiat batin adalah kekejihan yang tersembunyi didalam jiwa,sebagaimana firman Allah (QS. 12 ayat 53) “Dan aku tidak membebaskan diriku( dari kesalahan), karena sesengguhnya (nafsu Ammarah) selalu menyuruh kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Nafsu lawwamah adalah disebut sebagai nafsu setan yang mendekam pada diri manusia, ia selalu membisikan dan mengajak untuk berbuat keji. Adapun ciri-ciri orang yang jiwanya dikuasai nafsu Lawwamah ialah : watak dan jiwanya di kuasai kefasikan. yaitu nafsu yang suka mengoreksi ketika ia melakukan dosa atau kemaksiatan tapi berkhianat atau berbohong pada dirinya sendiri misalnya, Mengetahui dan menyesali bahwa perbuatanya salah tapi masih mengulangi lagi perbuatan tersebut, siapa yang pertama kali mengingatkan bahwa perbuatan tersebut salah? Tentunya diri kita sendiri. Inilah yang disebut dengan nafsu lawwamah.Allah berfirman dalam(QS 75 Al-Qiyamah ayat 2) “Dan aku bersumpah dengan jiwa (nafsu) yang amat menyesali (dirinya).
,Nafsu muthmainnah adalah dorongan untuk berbuat kebaikan. Jiwa merasa tenang dan tenteram kalau melaksanakan aturan-aturan Allah SWT dan berbuat berbagai kebajikan. Manusia yang paling bejat sekalipun memiliki nafsu muthmainnah. Karenanya, sebejat-bejatnya manusia pasti pernah berbuat kebaikan. Hakikatnya, manusia itu haniif (cenderung pada kebaikan), karena itu manusia akan merasa tenang, tenteram, dan bangga kalau sudah berbuat kebaikan. Sebaliknya, ia merasa gelisah dan menyesal bila melakukan pelanggaran dan dosa. Sebagaimana dalam (QS.89 Al-fajr: ayat 27,28,29,30)” “Hai jiwa yang tenang( nafsu mutmainnah) kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoiNya, maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaku dan masuklah ke dalam Surgaku).”
Ketiga macam nafsu ini selalu berkompetisi. Apabila nafsu muthmainnah memenangkan persaingan, akan lahir perbuatan baik dan mulia. Namun, kalau nafsu ammarah yang memenangkannya, akan lahir perbuatan nista dan maksiat. Shaum Ramadhan melatih jiwa manusia agar bisa mengendalikan nafsu ammarah, bahkan bisa menundukkannya, sehingga yang dominan dalam diri kita adalah nafsu muthmainnah.
Kalau kita klasifikasi, paling tidak ada lima tipe orang yang terjerumus dosa. Pertama, orang yang suka meremehkan dosa, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW, ''Janganlah meremehkan dosa, karena dosa tersebut akan berkumpul dan mencelakakannya.'' (HR Thabrani dan Baihaqi). Kedua, orang yang suka menunda tobat. Artinya tobat hanya sebatas rencana dan cita-cita, tetapi tidak direalisasikan .Ketiga, orang yang mau bertobat kalau ditimpa kesusahan atau musibah. Orang seperti ini baru merasa butuh maghfirah Allah kalau dia sudah terpuruk (QS Fushshilat [41]: 51)” Dan apabila kami memberikan nikmat kepada manusia , ia berpaling dan menjauhkan diri ,tetapi iapabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa”. Keempat, orang yang putus asa dari ampunan Allah, sehingga merasa ''kepalang dosa'' (QS Azzumar [39]: 53).” Katakanlah ; Hai hamba-hambaku yang melampoi batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” Kelima, orang yang sadar akan dosanya dan yakin akan ampunan atau maghfirah Allah SWT sehingga bersungguh-sugguh dalam bertobat. Inilah tipe yang paling ideal dan inilah ciri orang takwa.
Karena tidak ada manusia yang steril dari dosa, maka Allah membuka pintu maghfirah atau ampunannya setiap saat. Dan Allah pasti memberikan pengampunan pada hamba-hamba-Nya yang memohon ampun atau bertobat dengan sungguh-sungguh (QS Attahrim [66]: 8). “ Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya.” Semoga kita semua menjadi orang-orang yang mendapat ampunanNya. Amin

Jumat, 03 April 2009

keadaan

Menangis & Tangisan
Sayyidina Ali R.A. berkata :“menangis itu ada tiga macam, yaitu (1) menangis karena takut akan siksa Allah SWT, (2) menangis karena takut akan murka Allah SWT, (3) menangis karena takut terputus dari rahmat Allah SWT.Tangisan pertama dapat menghapus segala macam bentuk dosa.Tangisan kedua dapat membersihkan aneka macam aib.Tangisan ketiga akan mendekatkan diri kepada ridha Allah.Buah dari dihapusnya segala macam bentuk dosa adalah diselamatkan dari segala bentuk siksaan.Buah dari dibersihkannya dari aneka macam aib adalah memperoleh kenikmatan abadi dan derajat yang tinggi.Buah dari kedekatan dengan ridha Allah adalah memperoleh kegembiraan dari Allah dengan mendapatkan keridhaanNya dan bisa melihat Dzat Allah secara langsung, mendapat kunjungan kehormatan dari malaikat, dan berlimpahnya balasan baik yang akan diterima.”
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License
Posted by Fitri K DJuwono at 6:03 PM 0 comments
Monday, June 25, 2007
Tertawa & Berkelakar
Rasulullah SAW bersabda : “jauhilah olehmu banyak tertawa, sebab sesungguhnya banyak tertawa itu dapat mematikan hati dan bisa menghilangkan wibawa.” [diriwayatkan dari Abu Dzar RA]“Berkelakar itu merupakan makar setan yang akan mencelakakan sedikit demi sedikit dan merupakan tipuan hawa nafsu.”Umar bin Abdul Aziz berkata “Janganlah kalian banyak humor, karena banyak humor itu adalah suatu ketololan yang bisa melahirkan dendam dan bisa menjadikan hati keras.”Al Mawardi mengatakan dalam bait-bait syairnya :Berkelakar itu awalnya manisTetapi berakhir dengan permusuhan yang sengitOrang yang terhormat akan menghindarinyaTetapi orang yang hina menyukainya
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License

Posted by Fitri K DJuwono at 7:38 PM 0 comments
Sunday, June 24, 2007
Agar Ilmu BerManFaaT
Diceritakan dalam suatu riwayat bahwa dahulu kala pada masa kaum Bani Israil terdapat seorang lelaki yang memiliki 80 peti penuh dengan kitab-kitab ilmu yang telah dibacanya. Namun ia tidak beroleh manfaat dari ilmunya itu.Allah SWT pun Menurunkan wahyu kepada NabiNya untuk menyampaikan kepada lelaki itu :“Meskipun engkau mengumpulkan ilmu yang banyak, niscaya ilmu itu tidak akan memberi manfaat bagimu, kecuali jika engkau mengerjakan tiga perkara, yaitu :PerTaMaJangan engkau mencintai dunia, karena dunia bukan tempat orang-orang beriman menerima pahalaNya.KeDuAJangan engkau berteman dengan setan, karena setan bukan teman orang-orang yang beriman.KeTiGaJangan mengganggu seseorang, karena mengganggu orang lain bukanlah pekerjaan orang-orang yang beriman."
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License
Posted by Fitri K DJuwono at 7:25 PM 0 comments
Waspadai Diri Sejak Pagi Hari
Diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliau pernah bersabda :Barang siapa di pagi hari mengeluhkan kesulitan hidupnya [kepada orang lain], berarti seakan-akan dia mengeluhkan Rabb-nya.Barang siapa di pagi hari bersedih karena urusan duniawinya, berarti sungguh di pagi itu dia tidak puas dengan ketetapan Allah SWT.Barang siapa menghormati seseorang karena kekayaannya, sungguh telah lenyaplah sepertiga agamanya.Melakukan pengaduan atas nasib buruk yang dialami seseorang kepada orang lain adalah pertanda tidak ridha atas bagian yang telah diberikan oleh Allah SWT. Diri tidaklah diperkenankan melakukan pengaduan itu, kecuali hanya kepada Allah SWT, sebab pengaduan kepada Allah SWT termasuk do'a.Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat dari Abdullah bin Mas'ud RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda : Maukah aku ajarkan kepada kalian beberapa kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Nabi Musa AS ketika menyeberangi lautan bersama Bani Israil ?. Kami [para sahabat] menjawab : tentu saja kamu mau, ya Rasulullah. Beliau bersabda : bacalah "Allahumma lakal hamdu wa ilaikan musytakaa, wa antal musta'aan, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil 'Aliyyil 'Azhiim" [ya Allah, segala puji hanya bagiMu, hanya kepadaMu-lah kami mengadu, dan hanya kepadaMu-lah kami memohon pertolongan. Tiada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung].Orang yang di pagi hari bersedih karena urusan duniawi dikatakan telah membenci Rabb-nya, sebab hal ini mencerminkan bahwa dia tidak ridha dengan qadha' Allah, tidak bersabat atas cobaanNya, dan tidak beriman dengan qadarNya. Padahal semua yang terjadi di dunia ini adalah atas qadha' dan qadar Allah SWT.Seseorang dilarang memuliakan orang lain karena hartanya, sebab menurut syari'at, orang hanya boleh memuliakan orang lain karena keshalihan dan ilmunya. Orang yang memuliakan harta di atas segala-galanya berarti telah menghinakan ilmu dan keshalihan.Syeikh Abdul Qadir Al Jaelani, semoga Allah Mensucikan Rahasianya, berkata dalam pesannya :"Seorang mukmin tidak boleh lepas dari tiga hal berikut :1. Melaksanakan perintah Allah SWT;2. Menjauhi larangan Allah SWT;3. Menerima qadha' dan qadar."

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License
Posted by Fitri K DJuwono at 6:50 PM 0 comments
Kerugian Yang Nyata
Seorang penyair berkata :Wahai orang yang sibuk dengan dunia,Sungguh ia telah tertipu oleh panjangnya angan-anganAtau selalu berada dalam kelalaianHingga ajal mendekatinyaKematian itu datang tanpa pemberitahuanBalasan amal perbuatan menanti di alam kuburBersabarlah dalam menghadapi kesusahan duniaSebab tiada kematian kecuali jika ajalnyaRasulullah SAW bersabda :Menjauhi kesenangan duniawi lebih pahit rasanya daripada pahitnya bratawali dan lebih menyakitakan daripada sabetan pedang di medan peperangan. Tiada seorangpun yang menjauhinya, melainkan dianugerahi oleh Allah SWT pahala yang sama seperti yang diberikanNya kepada para syuhada. Cara menjauhi kesenangan duniawi adalah dengan sedikit makan dan tidak terlalu kenyang serta tidak suka dipuji orang.Barang siapa yang suka dipuji orang berarti dia menyukai dunia dan kesenangannya. Oleh karena itu, barang siapa yang ingin meraih kesenangan yang hakiki hendaklah menjauhi keduniawian dan pujian orang lain.Barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya. Maka Allah SWT akan membuat baik semua urusannya, menjadikan kekayaannya ada di hatinya, dan dunia akan datang kepadanya dengan mudah.Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah SWT akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran ada di depan matanya, dan dunia tidak akan datang kepadanya, kecuali sebatas yang ditentukan.[HR Dailami]

tassawuf 2

Hakikat dan Sejarah Tasawuf


Hakikat Tasawuf Seringkali tasawuf dituduh sebagai ajaran sesat. Tasawuf dipersepsikan sebagai ajaran yang lahir dari rahim non Islam. Ia adalah ritual keagamaan yang diambil dari tradisi Kristen, Hindu dan Brahmana. Bahkan gerakan sufi, diidentikan dengan kemalasan bekerja dan berfikir. Betulkah?
Untuk menilai apakah satu ajaran tidak Islami dan dianggap sebagai terkena infiltrasi budaya asing tidak cukup hanya karena ada kesamaan istilah atau ditemukannya beberapa kemiripan dalam laku ritual dengan tradisi agama lain atau karena ajaran itu muncul belakangan, paska Nabi dan para shahabat. Perlu analisis yang lebih sabar, mendalam, dan objektif. Tidak bisa hanya dinilai dari kulitnya saja, tapi harus masuk ke substansi materi dan motif awalnya.
Tasawuf pada mulanya dimaksudkan sebagai tarbiyah akhlak-ruhani: mengamalkan akhlak mulia, dan meninggalkan setiap perilaku tercela. Atau sederhananya, ilmu untuk membersihkan jiwa dan menghaluskan budi pekerti. Demikian Imam Junaid, Syeikh Zakaria al-Anshari mendefiniskan.
Kenapa gerakan tasawuf baru muncul paska era Shahabat dan Tabi\'in? Kenapa tidak muncul pada masa Nabi? Jawabnya, saat itu kondisinya tidak membutuhkan tasawuf. Perilaku umat masih sangat stabil. Sisi akal, jasmani dan ruhani yang menjadi garapan Islam masih dijalankan secara seimbang. Cara pandang hidupnya jauh dari budaya pragmatisme, materialisme dan hedonisme.
Khaliq
Imam Ghazali dalam an-Nusrah an-Nabawiahnya mengatakan bahwa mendalami dunia tasawuf itu penting sekali. Karena, selain Nabi, tidak ada satupun manusia yang bisa lepas dari penyakit hati seperti riya, dengki, hasud dll. Dan, dalam pandangannya, tasawuf lah yang bisa mengobati penyakit hati itu. Karena, tasawuf konsentrasi pada tiga hal dimana ketiga-tiganya sangat dianjurkan oleh al-Qur\'an al-karim. Pertama, selalu melakukan kontrol diri, muraqabah dan muhasabah. Kedua, selalu berdzikir dan mengingat Allah Swt. Ketiga, menanamkan sifat zuhud, cinta damai, jujur,sabar, syukur, tawakal, dermawan dan ikhlas.
Demi objektifitas, menilai apakah tasawuf melenceng dari ajaran Islam apa tidak, kita harus melewati beberapa kriteria di bawah ini. Dengan kriteria ini secara otomatis kita bisa mengukur hakikat tasawuf.
Kedua, Menilai secara objektif, jauh dari sifat tendensius dan menggenalisir masalah.
Misalnya dalam dunia sufi dikenal istilah zuhud. Kemudian orang sering salah mengartikan bahwa zuhud adalah benci segala hal duniawi. Zuhud identik dengan malas kerja, dst. Padahal kalau kita teliti dengan sedikit kesabaran tentang apa itu arti zuhud yang dimaksud para sufi, maka kita akan menemukan bahwa zuhud yang dimaksud tidak seperti persepsi di atas. Abu Thalib al-Maki, seorang tokoh sufi, misalnya, punya pandangan bahwa bekerja dan memiliki harta sama sekali tidak mengurangi arti zuhud dan tawakal.
Kenyataan di atas sama sekali tidak berarti mau mengatakan bahwa sejarah sufi, putih bersih. Ada masa-masa dimana sufi atau oknum kaum sufi melenceng dari hakikat ajaran Islam, terutama setelah berkembangnya tasawuf falsafi.
Terjebak pada pola pandang jabariah
· Setelah mengetahui hakikat ajaran tasawuf di atas jelaslah bahwa ajaran tasawuf, adalah bagian dari kekayaan khazanah Islam. Ia bukanlah aliran sesat. Bahwa ada penyimpang oknum atau lembaga sufi itu tidak berarti tasawuf secara keseluruhan jelek dan sesat. Kita jangan sekali-kali terjebak apada generalisir masalah. Karena sejatinya, tokoh-tokoh sufi berpendapat ajaran tasawuf harus bersendikan al-Qur\'an dan Hadis. Diluar itu ditolak!

nabi khidir

Kisah Nabi Allah Khidir )Biarpun tidak disebut dalam al-Quran, Nabi Khidir menjadi sebutan umat Islam sejak zaman berzaman, malah ada juga yang percaya beliau masih hidup sehingga sekarang. Siapakah sebenarnya Nabi Khidir sehingga dianggap sedemikian rupa?, Sedangkan 25 orang Rasul yang dinyatakan Allah secara qatie (putus) didalam Al-Quran semuanya telah wafat kecuali Nabi Isa. Kita wajib percaya ujutnya Nabi Khidir sebab didalam Al-Quran dan Hadis begitu jelas menerangkan , tapi kalau kita kata baginda masih hidup itu tidak dapat kita terima. Apa perlunya Nabi Khidir dihidupkan sedangkan jujungan besar kita Nabi Muhamad s.a.w diwafatkan oleh Allah. Malah Nabi Isa juga sebenarnya diwafatkan Allah, Cuma caranya berlainan yaitu roh dan jasadnya diangkat kelangit. Didalam Al-Quran ada menceritakan pertemuan Nabi Musa dengan lelaki soleh yang disebut sebagai hamba-Nya yang diajarkan ilmu laduni. Nabi Musa berguru beberapa ketika dengannya sebelum meneruskan dakwah baginda keatas kaum Bani Israel. Lelaki itulah diyakini para ulama tafsir seperti Ibnu Abas, Ibnu Kathir dan Al-Tabari sebagai Nabi Khidir.
Dalam bahasa Arab Khidir bermaksud hijau. Berdasarkan dalil Al-Quran Nabi Khidir diujutkan semasa zaman Nabi Musa, pada suatu ketika Nabi Musa berdakwah kepada kaumnya tentang ajaran Allah, selesai Baginda berucap, bangkitlah seorang lelaki lalu bertanya, " Wahai Musa! Siapakah manusia yang paling pandai?" dengan pantas Nabi Musa menjawab "Aku!", Lelaki itu bertanya lagi "Adakah pernah kau tau, ada orang lebih berilmu daripada kau!" "Tidak!" jawab Nabi Musa. Tetapi jawapan Nabi Musa segera ditegur Allah kerana ucapannya itu tercermin riak kesombongan. Lantas Allah menurunkan Wahyu menyatakan ada lagi seorang hamba-Nya yang lebih berilmu (Sahih Bukhari, Hadis ke 72). Insaf dengan teguran Allah itu, Bersama seorang pengikutnya, Yusak Bin Nuh, Nabi Musa bermusafir mencari lelaki soleh tersebut hingga menemuinya disatu tempat dimana bertemunya dua lautan. (Surah al-Khafi:60-82). Dikatakan tempat itu ialah dipertemuan Teluk Suez dengan Teluk Akabah dilautan Merah. Ini karana disitulah lokasi peredaran sejarah kehidupan Bani Israel yang dipanggil Daratan Sinai setelah mereka keluar dari bumi Mesir. Sebagai Pesuruh Allah Nabi Musa memiliki ketinggian ilmu sehingga baginda dapat menghadapi kezaliman dan keangkuhan Firaun, Haman dan Qarun. Malah Baginda juga berhadapan perbagai kerenah Bani Israel sehingga dikurniakan Mukjizat yang hebat seperti boleh membelah lautan, Tongkat menjadi ular dan diturunkan makanan dari langit. Kata-kata Nabi Musa itu telah dicelah Allah dan mengutuskan Nabi Khidir untuk menyedarkan Baginda bahawa masih terdapat hamba-Nya yang lebih berilmu. Nabi Khidir adalah seorang yang Soleh yang berperanan menyebarkan risalah Allah kepada orang disekitarnya.
Tetapi Nabi Khidir tidak diutuskan seperti Nabi-Nabi lain yang bertaraf Rasul. Nabi Khidir ditugaskan membimbing Nabi Musa yang hidup dizamannya, sebagaimana kita sekarang wajib menyampaikan dakwah kepada orang lain disekeliling kita. Baginda tidak dikurniakan Mukjizat seperti Nabi Musa sebaliknya diajarkan ilmu secara Laduni. Hal ini turut dimiliki Para Wali Allah dan Alim Ulama yang dianugerahkan Allah Ilmu Makrifat serta Kasyaf. Golongan ini selalunya berhati-hati daripada mendabik dada dengan Ilmu yang mereka miliki. Sifat Warak dan merendah diri pada Baginda inilah yang diamalkan oleh Wali Allah sehingga orang ramai menyebut-nyebut namanya sampai kehari ini. Biarpun ada golongan Sufi mendakwa ada bertemu malah bersahabat dengan Nabi Khidir, Tetapi sebenarnya yang ujut adalah semangat kewarakan Baginda, Seperti Syiekh Kadir Jailani, namanya sentiasa disebut-sebut walaupun telah wafat ribuan tahun yang lampau. Begitu juga orang yang mati syahid seperti Para Sahabat Rasulullah, Al-Quran sendiri menyebut mereka ini tidak mati walaupun hakikatnya jasad mereka telah disemadikan. Oleh itu marilah kita ambil jalan tengah, Setiap manusia itu pasti mati, Begitu juga Nabi Khidir, memikirkan sama ada Nabi Khidir masih hidup atau tidak adalah lebih baik kita menanamkan sifat Nabi Khidir dalam diri kita. Ini kerana bukan saja Nabi Musa mesti mencari Khidir untuk menambah ilmu malah sesiapa saja perlu mencari Khidir. Orang yang mempunyai watak seperti Khidir memang sukar ditemui. Namun kita sering ditemui orang alim yang bertutur penuh hikmah dan kejernihan buah fikirannya dapat dijadikan pedoman hidup. Dipandang dari satu segi dikata ujut ramai Khidir dan dia tidak mati melainkan sentiasa silih berganti. Marilah kita amalkan semangat Nabi Khidir dalam menyebarkan ilmu tanpa sifat angkuh dan sombong. Insyaalah!!.

makrifat

Belajar Makrifat apa menjalani ma’rifat ??? (3)
untuk apa belajar lama-lama tentang ilmu hakikat makrifat kalau semua tinggal dijalani. mengenal Allah tidak diperlukan kenal seperti kenalnya para aulia atau para nabi… ya kenalnya semampu kita kenal dengan Allah. yang sedikit yang sederhana kita kenal dengan Allah itulah yang kita gunakan kita pake kita jalani. contoh kalau kita mau ke pasar atau ke suatu tempat yang mungkin agak jauh… kita hanya punya sepeda motor untuk menjangkaunya.. ya sudah tinggal tancap gas saja pergi berjalan ,.. kenapa kita harus nunggu punya mobil ya kelamaan wong punya kita cuma motor, lain dengan yang sudah mobil … namun belum tentu juga .. bahwa yang punya mobil dipakai untuk berjalan menuju ke Allah.. bisajadi kan dia berilmu makrifat tinggi tapi tidak dipakai untuk hidup keseharian. allahpun tidak melihat ilmu kita atau alat yang kita pakai kok, tapi Allah melihat kesungguhan kita dalam menuju kepada Nya.
mungkin kita ragu untuk segera berjalan ke Allah karena takut tersesat.. yang menyesatkan sebenarnya adalah pikiran kita sendiri yang menganggap bahwa kita akan tersesat. jadi sugesti tersesat itu sebenarnya yang akan menyesatkan kita sendiri, bukan jin dan bukan syetan (kasihan dia selalu di kambing hitamkan).
saya katakan lebih ekstrim lagi bahwa menjalani makrifat tidak perlu menggunakan ilmu, jadi untuk apa belajar makrifat… malah jika terlalu banyak belajar makrifat malah bisa bikin pusing.. coba ikuti saja diskusi diskusi di milis milis yang membicarakan masalah makrifat saya jamin tambah bingung dan tambah bingung. mereka bicara ilmu makrifat bukan perjalanan makrifat. makrifat kalau ditulis malah nggak keluar tulisannya. Apanya yang ditulis kalau akhirnya mentog pada ketiadaan. orang bicara makrifat pasti sesuai dengan persepsi nya sendiri dan sesuai dengan pengalaman emosional yang dialami. sehingga dalam mempelajari ilmu makrifat akan sangat banyak versi. contohnya saja kiat belajar makrifat dari Ust Abu Sangkan dengan para ahli tarekat akan sangat berbeda kalau pak tidak mengenal wasilah (perantara) tapi jika para ahli tarekat sangat tergentung pada wasilah dalam berjalan menuju ke allah. mana yang benar? saya kira semua mnemiliki dasar pengalaman sendiri sendiri dan hal ini tidak perlu diberdebatkan lagi.
Apa yang terjadi saat ini merupakan cerminan dari “pembelajaran ilmu makrifat yang salah” kenapa salah ya salah karena orang jadi awang awangen untuk belajar makrifat karena berbelit belit dan sulit. akhirnya mereka pun mengatakan jangan belajar makrifat kalau masih muda, nanti saja kalau sudah tua.. ini suatu kesalahan fatal yang harus kita perjuangkan. kenapa mengenal Allah nunggu tua??!.
mengenal Allah ini lintas ilmu, orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu memiliki kesempatan yang sama untuk mengenal Allah. ada sedikit kecenderungan egoisme dari para ahli ilmu agama bahwa makrifat merupakan pelajaran universitas… jadi adakecenderugan untuk membeda bedakan kasta… yang kasta tak berilmu tidak boleh mempelajari ilmu ini , yang kasta santri atau kyai boleh mempelajari ilmu ini. ini adalah suatu pembodohan yang menyesatkan, lagi lagi egoisme menimbulkan kerusakan.
mungkin tulisan ini agak keras.. maaf.. namun hal ini sekedar penyemangat saja bagi sahabat sahabat seperjuangan termasuk juga kepada mas Musahfiq yang menyampaikan keluhan nya (baca komentar), untuk selalu menjalni makrifat bukan belajar makrifat. jangan bangga dengan ilmu yang dimiliki tapi banggalah jika kita bisa selalu bersama allah dalam keseharian kita.
Ditulis dalam makrifat

hati

Macam-Macam Hati BMACAM-MACAM HATIHati itu bisa hidup dan bisa mati. Sehubungan dengan itu, hati dapat dikelompokkan menjadi:[1]. Hati yang sehat[2]. Hati yang mati[3]. Hati yang sakitHati yang sehat adalah hati yang selamat. Pada hari kiamat nanti, barangsiapa menghadap Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa membawanya tidak akan selamat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:"Artinya : Adalah hari yang mana harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat." [Asy-Syu'ara : 88-89]Hati yang selamat didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan dari setiap syubhat, ketidakjelasan yang menyeleweng dari kebenaran. Hati ini selamat dari beribadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala dan berhukum kepada selain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam . Ubudiyahnya murni kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala . Iradahnya, mahabbahnya, inabahnya, ikhbatnya, khasyyahnya, roja'nya, dan amalnya, semuanya lillah, karenaNya. Jika ia mencintai, membenci, memberi, dan menahan diri, semuanya karena Allah Subhanahu wa Ta'ala . Ini saja tidak dirasa cukup. Sehingga ia benar-benar terbebas dari sikap tunduk dan berhukum kepada selain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Hatinya telah terikat kepadanya dengan ikatan yang kuat untuk menjadikannya sebagai satu-satunya panutan, dalam perkataan dan perbuatan. Ia tidak akan berani bersikap lancang, mendahuluinya dalam hal aqidah, perkataan atau pun perbuatan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman."Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, Janganlah kalian bersikap lancing (mendahului) Allah dan RasulNya, dan bertaqwalah kepada Allah Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [Al-Hujurat : 1]Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepadaNya dengan menjalankan perintahNya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridlaiNya. Hati model ini selalu berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan duniawi, walaupun itu dibenci dan dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala . Ia tidak peduli dengan keridlaan atau kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta'ala . Baginya, yang penting adalah memenuhi keinginan hawa nafsu. Ia menghamba kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala . Jika ia mencinta, membenci, memberi, dan menahan diri, semuanya karena hawa nafsu. Hawa nafsu telah menguasainya dan lebih ia cintai daripada keridlaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hawa nafsu telah menjadi pemimpin dan pengendali baginya. Kebodohan adalah sopirnya, dan kelalaian adalah kendaraan baginya. Seluruh pikirannya dicurahkan untuk menggapai target-target duniawi. Ia diseru kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan negeri akhirat, tetapi ia berada di tempat yang jauh sehingga ia tidak menyambutnya. Bahkan ia mengikuti setiap setan yang sesat. Hawa nafsu telah menjadikannya tuli dan buta selain kepada kebatilan.[1]. Bergaul dengan orang yang hatinya mati ini adalah penyakit, berteman dengannya adalah racun, dan bermajlis dengan mereka adalah bencana.Hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Ia akan mengikuti unsur yang kuat. Kadang-kadang ia cenderung kepada 'kehidupan', dan kadang-kadang pula cenderung kepada 'penyakit'. Padanya ada kecintaan, keimanan, keikhlasan, dan tawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala , yang merupakan sumber kehidupannya. Padanya pula ada kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, hasad [2], kibr [3], dan sifat ujub, yang merupakan sumber bencana dan kehancurannya. Ia ada diantara dua penyeru; penyeru kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan hari akhir, dan penyeru kepada kehidupan duniawi. Seruan yang akan disambutnya adalah seruan yang paling dekat, paling akrab.Demikianlah, hati yang pertama adalah hati yang hidup, khusyu', tawadlu', lembut dan selalu berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang gersang dan mati, Hati yang ketiga adalah hati yang sakit, kadang-kadang
Kamis, 11 Maret 2004 22:37:30 WI dekat kepada keselamatan dan kadang-kadang dekat kepada kebinasaan.

macam2 hati

Macam-Macam Hati BMACAM-MACAM HATIHati itu bisa hidup dan bisa mati. Sehubungan dengan itu, hati dapat dikelompokkan menjadi:[1]. Hati yang sehat[2]. Hati yang mati[3]. Hati yang sakitHati yang sehat adalah hati yang selamat. Pada hari kiamat nanti, barangsiapa menghadap Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa membawanya tidak akan selamat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:"Artinya : Adalah hari yang mana harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat." [Asy-Syu'ara : 88-89]Hati yang selamat didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan dari setiap syubhat, ketidakjelasan yang menyeleweng dari kebenaran. Hati ini selamat dari beribadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala dan berhukum kepada selain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam . Ubudiyahnya murni kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala . Iradahnya, mahabbahnya, inabahnya, ikhbatnya, khasyyahnya, roja'nya, dan amalnya, semuanya lillah, karenaNya. Jika ia mencintai, membenci, memberi, dan menahan diri, semuanya karena Allah Subhanahu wa Ta'ala . Ini saja tidak dirasa cukup. Sehingga ia benar-benar terbebas dari sikap tunduk dan berhukum kepada selain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Hatinya telah terikat kepadanya dengan ikatan yang kuat untuk menjadikannya sebagai satu-satunya panutan, dalam perkataan dan perbuatan. Ia tidak akan berani bersikap lancang, mendahuluinya dalam hal aqidah, perkataan atau pun perbuatan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman."Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, Janganlah kalian bersikap lancing (mendahului) Allah dan RasulNya, dan bertaqwalah kepada Allah Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [Al-Hujurat : 1]Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepadaNya dengan menjalankan perintahNya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridlaiNya. Hati model ini selalu berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan duniawi, walaupun itu dibenci dan dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala . Ia tidak peduli dengan keridlaan atau kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta'ala . Baginya, yang penting adalah memenuhi keinginan hawa nafsu. Ia menghamba kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala . Jika ia mencinta, membenci, memberi, dan menahan diri, semuanya karena hawa nafsu. Hawa nafsu telah menguasainya dan lebih ia cintai daripada keridlaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hawa nafsu telah menjadi pemimpin dan pengendali baginya. Kebodohan adalah sopirnya, dan kelalaian adalah kendaraan baginya. Seluruh pikirannya dicurahkan untuk menggapai target-target duniawi. Ia diseru kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan negeri akhirat, tetapi ia berada di tempat yang jauh sehingga ia tidak menyambutnya. Bahkan ia mengikuti setiap setan yang sesat. Hawa nafsu telah menjadikannya tuli dan buta selain kepada kebatilan.[1]. Bergaul dengan orang yang hatinya mati ini adalah penyakit, berteman dengannya adalah racun, dan bermajlis dengan mereka adalah bencana.Hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Ia akan mengikuti unsur yang kuat. Kadang-kadang ia cenderung kepada 'kehidupan', dan kadang-kadang pula cenderung kepada 'penyakit'. Padanya ada kecintaan, keimanan, keikhlasan, dan tawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala , yang merupakan sumber kehidupannya. Padanya pula ada kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, hasad [2], kibr [3], dan sifat ujub, yang merupakan sumber bencana dan kehancurannya. Ia ada diantara dua penyeru; penyeru kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan hari akhir, dan penyeru kepada kehidupan duniawi. Seruan yang akan disambutnya adalah seruan yang paling dekat, paling akrab.Demikianlah, hati yang pertama adalah hati yang hidup, khusyu', tawadlu', lembut dan selalu berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang gersang dan mati, Hati yang ketiga adalah hati yang sakit, kadang-kadang
Kamis, 11 Maret 2004 22:37:30 WI dekat kepada keselamatan dan kadang-kadang dekat kepada kebinasaan.